Minggu, 28 November 2010

Maria Bunda Hati Kudus Menjadi Teladan Panggilan Seorang Religius Pendidik

Fr. Patrik Totok Mardianto

Bunda Hati Kudus memiliki arti istimewa bagi setiap frater. Kalimat ini menjadikan saya berpikir, seistimewa apakah peran Bundaku ini dalam perjalanan panggilan sebagai religius pendidik jaman ini? Saya yakin bahwa dalam diri Maria, saya dapat menemukan pelajaran indah akan sosok pendidik yang membakar batin setiap hati dari insan-insan yang dipercayakan kepada karya kami sebagai frater. Kiranya inilah beberapa hal yang saya temukan dalam permenungan kesendirian saya bersama bunda.


Frater sebagai religius pendidik
Kongregasi Frater BHK didirikan demi pelayanan kaum muda teristimewa dalam bidang pendidikan. Setiap frater sejak awal sadar bahwa pendidikan menjadi bidang karya perutusan mereka. Sudah sejak awal, para frater kerap dipanggil dengan sebutan “Frater Guru”. Dari situasi dan konteks inilah secara nyata, bahwa para frater dapat dikatakan sebagai religius pendidik. Religius laikal yang membaktikan hidup bagi berkembangnya pendidikan anak-anak muda.

Jumat, 26 November 2010

Memahami Makna Korona Adven

Sebentar lagi umat Katolik memasuki masa Adven, masa menantikan kelahiran Yesus Kristus, Almasih. Tradisi Katolik menghayati masa Adven dengan melakukan ibadat bersama dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.
  • Korona Adven berbentuk suatu lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita juga diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.

Minggu, 21 November 2010

Mengapa Santa Sesilia dijadikan pelindung Paduan Suara?

RIWAYAT HIDUPNYA

Memulai untuk mengenal Santa ini, hanyalah diketahui bahwa Cecilia hidup pada masa awal Gereja. Ia adalah seorang gadis bangsawan Romawi. Kehidupan sebagai seorang gadis bangsawan dengan gaun-gaun indah seperti kebanyakan pada zaman itu tidak pernah ada di dalam diri Cecilia. Ia lebih memilih mengenakan sehelai baju kasar daripada mengenakan gaun-gaun indah sebagaimana layaknya seorang gadis bangsawan. Tubuhnya yang halus terbalut oleh baju kasar telah membuatnya menderita dari segala bentuk penghinaan, namun segala penderitaannya itu dipersembahkan sebagai silih bagi Sang Pengantin yang telah dipilihnya yaitu Kristus. Di masa mudanya, ia telah mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan dengan seuntai janji kesucian dan kemurnian hati yang akan diberikan kepada Kristus yang telah dipilihnya sebagai Pengantin seumur hidupnya.

Kamis, 18 November 2010

Pesan Natal KWI - PGI Tahun 2010

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2010

"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia"
(bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
•1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"1. Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: "Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya"2. Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema: "Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dunia".

Senin, 15 November 2010

Mangkuk Kayu - Kisah Inspiratif

(Terjemahan dari: The Wooden Bowl)

Seorang pria tua tua tinggal dengan bersama anaknya yang telah beristri dan memiliki anak usia empat tahun. Tangan pria tua itu gemetar, penglihatannya kabur, dan langkahnya tersendat. Ia bersama anaknya sekeluarga selalu makan bersama di meja keluarga. Tapi lelaki tua itu mengalami kesulitan setiap kali makan karena tangannya gemetar dan pandangannya kurang jelas. Kerap kali sendok atau garpu jatuh dari tangannya atau jatuh ke lantai. Apabila dia memegang gelas, air minum atau susu tumpah di taplak meja.

Anak dan menantunya menjadi jengkel dengan kekacauan itu. "Kita harus melakukan sesuatu untuk bapak," kata anak kepada istrinya . "Cukup sudah susu tumpah, berisik saat makan, dan makanan berhamburan di lantai". Lalu suami dan istri itu meletakan sebuah meja kecil di sudut ruang makan mereka. Di sana, pak tua itu makan sendirian sedangkan anaknya bersama keluarganya menikmati makan malam mereka di meja lain.

Sejak pak tua sering menjatuhkan piring saat makan karena tangannya yang tidak kuat memegangnya, makanannya disajikan di sebuah mangkuk kayu. Ketika anaknya sekeluarga meliriknya saat makan, air mata pak tua mengalir di pipinya. Ia makan sendirian disudut ruangan dengan makanan yang ditaruh dalam mangkuk kayu. Dan apabila pak tua menumpahkan makanan atau menjatuhkan garpu, anak dan menantunya memarahinya dengan peringatan keras.

Empat tahun mereka memandangnya makan di sudut ruangan dengan diam. Suatu malam sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan potongan-potongan kayu di lantai. Dia bertanya kepada anaknya dengan dengan lembut, "Apa yang kamu lakukan dengan potongan kayu itu, Sayang?" Dengan tersenyum, si kecil itu menjawab, "Oh.., saya mau membuat mangkuk kecil untuk dipakai saat makan ketika Ayah dan Ibu menjadi tua nanti." Anak itu tersenyum manis dan kembali terus bermain.

Kata-kata anaknya begitu menusuk hatinya. Kemudian air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun tidak ada kata yang diucapkan, suami dan istri itu tahu apa yang harus dilakukan. Malam itu sang suami memegang tangan pak tua, ayahnya dan dengan lembut membawanya kembali ke meja keluarga, makan bersama mereka. Baik suami maupun istri tidak peduli lagi ketika garpu dijatuhkan, susu tumpah, atau taplak meja yang kotor.

Senin, 08 November 2010

Sidang KWI 2010

SIDANG KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Senin – Jumat, 8-12 November 2010

Di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia

Jl. Cut Meutia 10, Jakarta

Silakan click:

http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/281/SIDANG_KONFERENSI_WALIGEREJA_INDONESIA_2010


Jakarta, Senin, 8 November 2010, menjelang jam 08.00 para Uskup, Waligereja Indonesia, berdatang di Kantor KWI, Jl. Cut Meutia 10 untuk memulai Sidang Tahunan, yang akan berlangsung s.d. Jumat, 12 November 2010. Jam 07.45 Sidang dibuka dengan doa pembuka, yang dilanjutkan dengan acara pembuka yang dipimpin oleh Ketua KWI, Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM.Cap. Karena Keuskupan Agung Semarang belum memiliki Uskup, Rama Pius Riana Prabdi, Pr selaku Adminstrator Diocesan hadir. Karena alasan kesehatan, Uskup Banjarmasin mengutus Vikjennya, R.D. Th. Yuliono Prasetyo Adi, MSC menghadiri Sidang tersebut. Uskup-uskup emeritus juga hadir: Mgr. Isak Dura, Mgr. Hadisoemarta, OCarm, dan Bp. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ. Karena sedang sakit Mgr. Dominikus Saku tidak hadir dalam Sidang. Sidang KWI dilengkapi dengan kehadiran para Sekretaris Eksekutif dengan staf Sekretariat Jenderal dan para Sekretaris Komisi-Komisi, Lembaga, dan Departemen-Depertemannya, serta utusan dari Unio, Rm. Ferry Sutrisna Widjaja, Pr, dan utusan KOPTARI, yaitu Sr. Yosepha Bahkeetah, KKS dan Sr. Petronella Lie, SCMM.
Pada acara pembukaan resmi Ketua KWI mengetuk palu tanda bahwa Sidang KWI dimulai, dan sesudahnya menyampaikan sambutannya untuk Sidang tersebut. Kemudian disampaikan beberapa sambutan: 1. Sambutan dari Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe, Ketua Umum Majelis Pekerja Harian PGI. Sambutannya meneguhkan upaya-upaya kerjasama antara Gereja Katolik dan Gereja-Ger eja di Indonesia dalam menghadapi tantangan-tantangan dewasa ini; 2. Sambutan dari Pjs. Dirjen Bimas Katolik, Bp. Anton. Dikisahkan hubungan kemitraan antara Pemerintah dan Gereja Katolik dan buah-buah kemitraan tersebut; dan 3. Sambutan dari Y.M. Mgr. Leopoldo Girelli, Duta Besar Vatikan Indonesia. Nuncio menyatakan kegembiraan menyaksikan keterlibatan kaum awam dalam kehidupan menggereja, dan menghargai kaum muda yang aktir terlibat. Diajaknya para Uskup untuk mempersiapkan sebaik-baiknya hari esok Gereja Indonesia yang lebih cerah, dengan menekankan pentingnya pembinaan untuk para calon imam dan kaum muda.

Minggu, 07 November 2010

SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA (SAGKI) 2010

Para Pembaca yth.
Di bawah ini adalah kutipan tulisan dan reportase tentang Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010 yang diambil dari Milis MABRI dan KEVIN. Semoga membantu kita mengetahui dan memahami gerak perubahan wajah gereja di Indonesia saat ini.

SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA 2010
“Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan”
(bdk. Yoh 10:10)
1-5 November 2010

Pada tahun 2010 ini, Gereja Katolik Indonesia akan kembali menggelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (“SAGKI”) sebagai pertemuan rutin yang lazim diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Sebagaimana halnya SAGKI 2000 dan SAGKI 2005 yang lalu, pada SAGKI 2010 ini Gereja Katolik Indonesia kembali menegaskan bahwa Gereja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari realitas bangsa Indonesia. Justru dalam konteks Indonesia yang beragam dan plural inilah, Gereja Katolik hendak menyadari dan menghidupi terus-menerus “Wajah Yesus” untuk kemudian terpanggil mewujudnyatakan panggilan perutusan Gereja untuk mewartakan Yesus, Sang Kabar Gembira Keselamatan dalam berbagai lingkup kehidupan. Sejalan dengan semangat SAGKI 2000 untuk mewujudkan dan memberdayakan Komunitas Basis untuk menuju Indonesia Baru dan SAGKI 2005 yang mengusung semangat “Bangkit dan Bergerak untuk membentuk Keadaban Publik Bangsa”, maka SAGKI 2010 menjadi kesempatan Gereja, baik klerus maupun umat untuk merayakan panggilannya sebagai Gereja Yang Diutus.

Selasa, 02 November 2010

MENJADI PEDULI BAGI YANG LAIN

Fr.Frans Hardjosetiko, BHK

“Sebagai pengurus yang baik kita akan mengabdikan anugerah-anugerah Allah secara tepat guna
kepada perutusan kita demi keselamatan manusia dengan perhatian khusus untuk
mereka yang paling membutuhkan” (Konstitusi art.15)

Membaca cuplikan dari artikel 15 konstitusi tarekat, saya teringat akan sabda Yesus sendiri: “ Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga.”
Mamon adalah dewa uang. Yesus mengingatkan kita, apabila kita menghambakan diri kepada dewa ini kita akan kehilangan kesempatan untuk memasuki tawaran keselamatan abadi yang dijanjikan Allah kepada kita. Apabila kita mengikatkan hati kita sedemikian eratnya pada harta dunia yang fana ini, hidup kita akan menuju pada kebinasaan abadi.
Beriman adalah soal memilih, bukan soal membagi. Memilih untuk mengikuti teladan hidup Yesus berarti mengarahkan seluruh pandangan kita kepada Bapa dan memercayakan diri kita di dalam bimbingan-Nya. Inilah yang membuat kita memperoleh keselamatan abadi.
Memang materi kita butuhkan dalam hidup kita. Tetapi siapa yang percaya kepada Yesus tidak akan gelisah terhadap apa yang akan kita makan pada hari ini atau terhadap segala hal yang kita butuhkan. Ada hal yang lebih penting yang harus kita lakukan sebagai pengikut Yesus: kasih kepada Allah, kasih kepada sesama dan kasih kepada diri sendiri. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Siapakah sesamaku? Mereka bukanlah cuma orang-orang sebangsaku, atau sukuku, atau keluargaku, atau teman dekatku. Sesamaku adalah semua orang terutama mereka yang paling membutuhkan uluran tangan kasihku.